Senin, 14 September 2009

Wahabi / salaf / salafi / salafy dan Ulama

Kaum Wahabi suka mengkafirkan? Ini bukan tuduhan yang baru. Bahkan sejak masa hidup Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah tuduhan dan fitnah semacam ini pun sudah muncul. Salah seorang cucu beliau Syaikh Abdul Lathif rahimahullah mengatakan, “Setiap orang berakal yang mengetahui perjalanan hidup Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, niscaya akan mengetahui bahwa beliau adalah orang yang sangat mengagungkan ilmu dan ulama, dan termasuk manusia yang paling keras melarang mengkafirkan mereka, mencela, atau menyakiti mereka; bahkan beliau sangat menghormati dan membela mereka. Beliau tidak mengkafirkan kecuali orang yang dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya serta disepakati umat tentang kekufurannya seperti orang yang menjadikan tandingan dan tuhan selain Allah.” (Majmu’ah Rasa’il, 3/449. Dinukil dari Meluruskan Sejarah Wahabi, hal. 149).

Jangankan mengkafirkan ulama, bahkan merendahkan dan mendiskreditkan para ulama merupakan pantangan yang harus dijauhi oleh seorang Salafi. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin -semoga Allah merahmatinya dan menempatkannya di dalam Jannah-Nya- menasihatkan kepada setiap penuntut ilmu, “Sudah menjadi kewajiban bagi para penuntut ilmu untuk menghormati para ulama dan memosisikan mereka sesuai kedudukannya, dan melapangkan dada-dada mereka dalam menghadapi perselisihan yang ada di antara para ulama dan selain mereka. Dan hendaknya hal itu dihadapinya dengan penuh toleransi bagi orang yang telah berusaha menempuh jalan (kebenaran) namun di dalam keyakinan mereka dia telah berbuat kekeliruan. Ini adalah poin yang sangat penting. Sebab ada sebagian orang yang sengaja mencari-cari kesalahan orang lain dalam rangka melontarkan tuduhan yang tak pantas kepada mereka, dan demi menebarkan keraguan di hati orang lain dengan celaan yang mereka dengar. Ini termasuk kesalahan yang terbesar. Apabila menggunjing orang awam saja termasuk dosa besar, maka menggunjing orang yang berilmu jauh lebih besar dan lebih berat dosanya. Karena dengan menggunjing orang yang berilmu akan menimbulkan bahaya yang tidak hanya mengenai diri orang alim itu sendiri, akan tetapi mengenai dirinya dan juga ilmu syar’i yang dibawanya…” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 41).

Cukuplah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah sendiri yang menceritakan kepada anda tentang sikap beliau dalam hal ini. Ketika menanggapi berbagai tuduhan pengkafiran yang diarahkan kepadanya, Syaikh mengatakan dengan tenang, “Barang siapa yang menyaksikan keadaan kami dan menghadiri majelis ilmu kami serta bergaul dengan kami, niscaya dia akan mengetahui secara pasti bahwa semua itu adalah tuduhan palsu yang dicetuskan oleh musuh-musuh agama dan saudara-saudara setan untuk melarikan manusia dari tunduk dan memurnikan tauhid hanya kepada Allah saja dengan ibadah dan meninggalkan seluruh jenis kesyirikan.” (al-Hadiyyah as-Saniyyah hal. 40. Dinukil dari Meluruskan Sejarah Wahhabi hal. 150 karya Ustadz Abu ‘Ubaidah Yusuf As Sidawi jazaahullahu khairal jazaa’).
Wahabisme
Selama ini, Wahabi selalunya mengklaim diri (bahkan ingin memonopoli) istilah Ahlusunnah untuk dirinya, padahal itu adalah 'klaim kosong' belaka. Selama ini, di luar Saudi, mereka adalah minoritas, termasuk di Indonesia. Untuk agar diakui oleh kaum muslimin lain sebagai Ahlusunnah, maka mereka mengangkat isu 'pertikaian dengan Syiah'....sehingga muncul isu Syiah vs Sunni, sehingga kaum Wahabi di dalam pertikaian itu dimasukkan ke jajaran Ahlusunah. Apakah ia Ahlusunnah? Jelas gak...semua mazhab Ahlusunah (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) membolehkan tawassul, tabarruk, ziarah kubur...dst. Tetapi Wahabi gimana? Lantas, dilihat dari berdirinya, siapa yang mendirikan Wahabisme dan siapa yang menyokongnya? Semua jawabannya adalah orang Munafik (Muhammad bin Abdul Wahhab + Aali Saud) dan Inggris pro Zionis Israel.

Makanya dalam kasus tadi (Sunni-Syiah), pengikut Wahabism paling getol dalam memanas-manasi pertikaian antara kedua kelompok itu. Kenapa dan ada apa? Jika kaum Sunni tidak lagi bertikai dengan kaum Syiah, maka kaum Sunni akan mengarahkan moncong meriamnya ke arah kaum Wahabi...dan ini tentu tidak mereka harapkan. Makanya mereka terus berusaha agar, Sunni-Syiah harus terus bertikai, agar dia bisa aman menyebarkan ajarannya di tengah-tengah masyarakat Ahlusunah sejati, dan diakui sebagai Ahlusunah ketika berperang melawan Syiah. Metode 'adu domba' inilah yang diajarkan Inggris kepada Muhammad bin Abdul Wahab (pendiri Wahabisme) dan Aali Saud pendiri Saudi Arabia (penyokong gerakan Wahabisme).

Lha sekarang tergantung kita, masihkah kita mengakui bahwa Wahabisme tergolong Ahlusunauh? Jika tidak, maka sedari sekarang kita harus umumkan ke publik (dimanapun dan kapanpun) bahwa Wahabisme bukan Ahlusunnah, tetapi ia adalah sekte esmpalan Islam yang bisa tumbuh berkembang karena dukungan dana negara kaya minyak (Saudi) dan negara-negara adi daya (USA + Eropa, terkhusus Inggris). Kalau tidak, maka sedari dulu dia sudah hancur seperti sekte-skte sempalan Islam lain yang pernah muncul di Indonesia...
Yang jelas kaum Wahabi gak suka disebut Wahabi, mereka minta disebut Salafy/i

Sebagian Wahabi, untuk girangin hati mereka, mereka pura-pura bangga disebut Wahabi karena berasal dari "Nama Allah"...tetapi ketika kita sebut-sebutmereka terus dengan sebutani Wahabi, eh malah marah...gak konsisten sama sekali!

Terkadang mereka juga ngomong; "Julukan Wahabi itu gak betul dan gak sesuai dengan sastra Arab, karena pendirinya adalah Muhammad (bin Abdul Wahab), maka harusnya disebut Muhammadiyah, bkan Wahabiyah". Tapi kita jawab: "Kalau memang begitu, maka sebutan Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah, Hambaliyah, Asyariyah...dst adalah salah donk, karena seperti Syafi'iyyah harusnya Muhammadiyah juga, karena pendirinya bernama Muhammad bin Idris Al-Syafi'i (nisbah ke kakek). Ato Ahmadiyah buat Hambaliyah, karena pendirinya Ahmad bin Hambal?" Nah lho disini mereka gak bisa ngomong apa-apa...alias teler!

Kata habib Hasan As-Segaf (Yordania)..."Mereka gak mau disebut Wahabi karena sebutan itu terkesan negatif, makanya mereka benci dengan sebutan itu. Sewaktu Wahabi hendak diekspor ke luar negeri Saudi, maka diganti dengan sebutan Salafy, untuk menghilangkan kesan negatif untuk wahabisme. Jadi Salafy dan Wahaby itu ibarat dua wajah dalam satu keping uang." Makanya kalau anda temui sebutan Salafy (pakai Y) ato salafi (pakai i) itu semua adalah Wahabi tulen...

Dan untuk mengetahui apakah situs/blog/portal itu bermuatan Wahabi ya gampang aja, walaupun bermerek islam/muslimah/sunah/hijab/jilbab/quran/dst yang bernuansa Islam namun bisa dilihat akidah mereka yang selalu mudah mensyirikkan dan membid'ahkan, itu yang pertama. Yang kedua, lihat link-linknya; kalau ada nama ulama-ulama mereka yang pasti adalah Bin Baz, Utsaimin, Aali Syeikh, Rabi', Ubaidan..dan beberapa ulama Wahabi lain. Ciri-ciri ini harus diberitahukan kepada saudara-saudara kita kaum muslimin, karena dana mereka cukup kuat maka mereka membuat situs puluhan dan semua pekerjanya juga persenanya besar.

Pustaka:
"Dewa Cinta"
http://burdah25.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails